Personal Hiegyne dan Tampil Cantik

Gurls, masih inget khan tulisanku yang tentang kapan kita mengalami haid pertama dan disitu aku menyinggung sedikit tentang pendidikan seks. Jadi pengin nulis tentang gimana cara menjaga kebersihan pribadi.

Sebagai cewek, kita maunya selalu tampil menarik, khan? Termasuk didalamnya yaitu kita maunya tampil segar dan ga bau. Menurut kalian gimana, ada cewek cakep, cantik, dandanan oke, tapi setelah didekati ternyata bau badan. Atau dilihat lebih teliti, ternyata agak-agak jorok, dan itu tercermin dari bajunya yang agak kurang bersih dan bau, kuku yang kotor, gigi yang masih ada sisa makanan, dll. Ugh, ga tau pendapat para cowo, tapi aku sebagai sesama cewek aja bisa ilfil.

Kecantikan ga sebatas make up, dong, itu yang perlu disadari. Tampil oke juga ga sebatas baju bermerk, kan?

Terus apa dong, hubungan antara tampil cantik dan tadi sempat menyinggung tentang haid pertama? Ternyata nih, hubungannya erat lho. Dari artikel ini, dijelaskan bahwa sejak kita mengalami haid pertama, kita mengalami banyak perubahan. Perubahan fisik mencakup bentuk tubuh yang mulai membentuk (karena pengaruh hormon), juga tumbuhnya rambut-rambut halus di tempat tertentu (ini juga karena hormon), ples ternyata bau badan kita juga turut berubah lho. So, ini waktu yang tepat untuk belajar tentang personal hiegyene. Mana ketika kita mengalami masa puber, berarti kita memasuki masa remaja. Secara psikologis juga pasti berbeda. Menurut ahli psikologi perkembangan, di masa remaja ini kita mulai mengenal ketertarikan terhadap lawan jenis.

Jadi ga heran ya, ketika kita mulai beranjak remaja, penampilan mendadak menjadi fokus kita. Yang waktu kecil ga terlalu care ingin tampil cantik di mata orang lain, pada saat remaja mulai deh pengen tampil menarik. Nah, ngapain tampil dengan make up tebal dan baju branded kalau bau dan jorok? Iuugh banget, percaya deh.

Trus, apa aja dong yang mesti diperhatiin tentang personal hiegyene, terutama kita sebagai cewe?

Bau badan! Ga susah kok, yang penting rajin mandi dengan sabun yang sesuai dengan jenis kulit kita.

Tapi kenapa masih ada teman kita yang bau badan walau dia ngaku rajin mandi ya? Mungkin loh ya, kalau mengamati, kemungkinan doi rada-rada jorok. Misal nih, jarang ganti dalaman, jarang ganti baju, atau cara mencuci bajunya asal aja so malah bau baju jadi apek. Trus perhatiin, cara menggosok gigi. Bener kali, dua kali sehari, tapi masih bau mulut. Yang bener khan, habis makan dan sebelum tidur, plus lidah juga disikat. Cuci tangan juga nih, apalagi kalau habis dari toilet. Hukumnya w-a-j-i-b. Dan seperti yang udah aku sempet singgung, kalau lagi menstruasi, wajib juga tuh, sering-sering ganti pembalut, setiap lima jam gitu ganti.

Ada pertanyaan, vaginal douch atau sabun khusus kewanitaan itu perlu ga sih? Well, tentang menjaga kebersihan daerah intim kita dan khususnya selama menstruasi, aku tulis dalam satu postinganj khusus ya. Karena bakalan panjang.

Tentang Menjadi Cantik: Mau Instan atau Awet?

image

Topik kecantikan ga pernah bosan-bosannya dibahas kaum hawa (selain pria tentunya :mrgreen: ). Iya dong, yang namanya perempuan khan memang identik dengan cantik-kecantikan. Siapa sih perempuan yang ga senang dipuji kalau ia cantik? Setomboy apapun perempuan pasti seneng deh kalau dibilang cantik oleh orang lain.

Nah, dalam rangka menjadi cantik ini, berbagai cara dilakukan. Masih inget dong postinganku yang protes tentang definisi cantik dan usaha menjadi cantik. Kalau di postingan kedua bercerita tentang usaha mati-matian perempuan supaya cantik, ternyata ada lho diantara kita yang sebaliknya, malas melakukan usaha untuk menjaga kecantikannya. Tapi anehnya, mereka maunya tampil cantik. Jadi aneh kan, males usaha tapi maunya tetep cantik. Alias instan.

Contohnya nih, males membersihkan wajah. Tapi maunya kulit bersih mulus dan komplen dengan kulitnya yang jerawatan dan kusam. Ada lagi yang tiap makan pol-polan, beneran kalap, semua keinginan diturutin. Tapi ngeluh pengen langsing. Contoh terakhir, untuk menutup ‘kekurangan’ pada wajah, lantas bermake up super tebal, kek topeng, untuk menyembunyikan jerawat dan lain-lain.

Familiar dengan contoh di atas? Well, prihatin sekaligus geregetan kalau ketemu temen yang kek gitu. Dipikirnya tampil cantik itu seperti mie instan apa ya, dalam lima menit langsung jadi. Dan yang paling menyedihkan ketika mereka mengartikan tampil cantik itu ketika di hadapan orang lain. Maunya ketika ada event tertentu langsung jreeeeng berubah bak bintang hollywood dengan make up tebal. Kalau gitu, menjadi cantik buat siapa sih? Buat orang lain atau diri sendiri?

Semua perempuan itu cantik. Tetapi ada perempuan yang tidak tahu bagaimana menonjolkan kecantikan mereka. Cantik itu juga butuh usaha dan proses. Ga mau kan, ketika umur 19 kulit masih mulus dan jins masih ukuran 6, eh 10 tahun kemudian wajah udah kusam, jerawatan, premature aging, dan jins ukuran 14. Contoh dong, Michelle Obama sang First Lady Amerika. Di usia 47 tahun, masih tampil mempesona dengan balutan terusan tanpa lengan.

Kecantikan yang tak pudar itu membutuhkan usaha, proses bukan hasil instan. Musti disiplin dan ga bisa seenaknya sendiri dengan tubuh kita kalau ingin awet cantik hingga berpuluh tahun kedepan. Selain itu, kecantikan juga tak sedalam kulit. Apa yang di dalam hati, sikap, dan kelakuan juga terpancar keluar dalam bentuk aura/kharisma. Itu bentuk kecantikan yang seutuhnya.

Apa Sih Artinya Cantik?

Saat lunch bareng dengan seorang teman beberapa waktu lalu, ada beberapa hal yang membuatku makin tertarik mengamati serba-serbi kaumku, perempuan. Sebuah dunia yang sangat lekat dengan perempuan, yaitu kecantikan. Pertanyaannya kali ini adalah, mengapa perempuan sering sekali merasa insecure alias nggak PD dengan kecantikan mereka.

Aku dan Desi sudah 10 tahun tidak bertemu. Dulu ia teman sebangku di SMP, dan seingatku ia dulu gemuk, pemalu, rambutnya keriting. Kini ia berubah menjadi sosok yang modis dan wangi seperti layaknya perempuan urban. Tubuhnya semampai, langsing, rambut ikal tergerai panjang, dan kulit sawo matang yang mulus tak bernoda. Ketika kami ke toilet untuk touch up, aku mendengarkan keluhan Desi ketika mengaca.

“Aduuuh, ini hidung kok pesek bener sih. Gimana supaya bisa bangir ya…trus coba deh, liat payudaraku. Dari dulu ga banyak perubahan. Masak sama ama dada anak SMP, malah anak SMP sekarang banyak yang montok-montok. Apa musti ke Tokyo untuk operasi boobs ya, biar seperti Malinda Dee,” selorohnya.

Aku nyengir dan teringat pengalaman tiap pergi ke rest room di mall atau bioskop. Apa yang aku lihat disitu adalah perempuan-perempuan insecure. Setiap kali mengaca, selalu yang dilihat adalah kekurangannya. Yang jerawatanlah, yang bulu matanya kurang lentik lah, kulit berminyak, yang perut buncit lah dll. Bahkan seorang perempuan yang menurutku sudah sempurna, seperti Desi ini, juga mengeluh ketika berhadapan dengan cermin.

Iseng aku tanya Desi, memangnya sosok yang cantik itu yang seperti apa, yang bagaimana.
“Aduh bok ya, yang cantik itu ya yang kulitnya putih mulus, rambutnya luruuuus halus panjang, hidung mancung, perut rata, ya seperti di majalah dan tipi itu lah.“

“Lah elu biar ga putih tapi kan mulus gitu lho, bersih ga ada jerawat ato bekasnya. Rambut elu jg biar ga lurus tapi bagus, potongan yang sekarang cocok tuh ama wajah.”

“Eh gue mo smoothing ini rambut kok, biar bisa diponi. Jidat jenong gini, malu-maluin aja. Tapi masalahnya kalo rambut kriting gue diponi, yang ada malah rambut saru tuh. Tau dong, rambut saru. Itu tuh, rambut yang ada di tempat-tempat saru, hahahaha.”

Aku ketawa demi mendengar istilahnya, “Yah tapi kalo dilurusin, ilang dong eksotisme elu. Btw apa sih resepnya biar langsing? Errr…tapi dulu jaman SMP kan lu endut.”

“Hah, kek gini dibilang langsing? Aduuuhhh ini perut masih buncit, paha bisa buat gebug maling gitu. Aku diet keras, Vit, ples suntik.”

Aku manggut-manggut mendengar uraiannya.

Kadangkala tak habis pikir kalau denger seorang perempuan cantik ngoceh betapa ia tidak cantik, tidak sempurna, bla-bla-bla. Duh, gemes tauk. Bagaimana bisa ia tak menyadari kelebihannya dan mengukur dirinya dengan standar model & bintang iklan. Kalau semua harus diukur dengan standar bintang iklan, yang kulit harus putih, rambut harus lurus, perut harus serata papan penggilesan, dll yaaaa tenggelam dong. Lalu bagaimana dengan sosok mereka yang dikaruniai kulit hitam, rambut keriting, hidung pesek, pendek, dll. Apakah harus merogoh kocek untuk operasi plastik demi tampil cantik sesuai standar majalah televisi?

Padahal kalau ditanyakan ke pria-pria, tak semua pria menjawab yang cantik itu yang kulit putih. Macam semua pria seperti di iklan pemutih saja, hanya terpesona dan pasrah begitu si cewek menjelma jadi putih. Beauty is in the eye of beholder. Menurutku, Au Sang Sun Kyi itu cantik. Apakah ia tampil bak bintang iklan? Tidak. Ia adalah aktivis perjuangan HAM Myanmar, dan sudah berusia lebih dari 45 tahun. Christine Hakim, di usianya yang matang ia tetap terlihat cantik.

Cantik yang sempurna itu tiap daerah, tiap masa, berbeda. Gak percaya? Coba saja perhatikan majalah-majalah perempuan dari luar negeri. Mereka mengagumi dan memuja kulit sawo matang yang terbakar matahari. Menurut mereka, kulit kecoklatan karena sinar matahari itu seksi. Karena itu tak heran, ada salon untuk tanning. Malah pernah nonton di Oprah Show, standar kecantikan di suatu negara di Afrika adalah gemuk. Jadi perempuan cantik itu yang gemuk dan berbadan besar.

Definisi cantik juga ditentukan oleh tren suatu masa. Misal, di Cina kuno hingga awal abad 20, kaki yang kecil pada perempuan dinilai sangat feminin, thus kaki kecil itu cantik. Karena itu praktek ‘penyiksaan’ demi mendapatkan gelar cantik, dilakukan sejak dini. Kaki dibungkus rapat-rapat bahkan dengan sepatu besi, sehingga kaki tidak tumbuh sempurna. Akibatnya, perempuan dengan kaki kecil tersebut tak akan kuat berjalan-jalan jauh. Bahkan jika membaca link ini maka jelas terdokumentasikan, bahwa trend kecantikan selalu berubah-ubah, dari masa kitab perjanjian lama hingga masa sekarang ini.

Jadi, mengenai merasa cantik, boleh lah kita meniru sedikit para pria kalau mereka berkaca. Pernah memperhatikan, kelakuan para pria jika sedang mengaca? Mereka selalu memperhatikan kelebihannya, memamerkan lengannya, perutnya, dll. Intinya percaya diri. Kedua, penerimaan diri.
Jadi kalau dipuji cantik, ya terima saja kalau memang cantik, meski kulit tidak putih, rambut tidak lurus, hidung kurang bangir. Berhenti ingin menjadi orang lain, dan menerima apa adanya kalau dari sononya sudah cantik seperti apa adanya.

We are beautiful for what we are. Kalau menurut confucius, everything has beauty, but not everyone sees it. Teman-teman setuju nggak?